PENDAHULUAN
Karakteristik fisik perairan berperan penting dalam menentukan
kesesuaian wilayah untuk budidaya rumput laut dan saling berkaitan, dimana penelitian
ini dilakukan melalui pendekatan ekologi untuk melaksanakan budidaya rumput
laut di wilayah perairan Kecamatan Kupang Barat. Organisme laut memiliki
syarat-syarat lingkungan agar dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Semakin
sesuai kondisi lingkungan perairan maka akan semakin baik pertumbuhan suatu
organisme. Rumput laut merupakan salah satu organisme laut yang memerlukan
habitat lingkungan untuk tumbuh dan berkembang biak. Pertumbuhan rumput laut
sangat tergantung dari faktor-foktor oseanografi seperti parameter fisika,
kimia dan biologi.
Penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut dilakukan berdasarkan
pengamatan karakteristik perairan sebagai syarat tumbuh rumput laut.
Karakterisitik perairan yang diamati meliputi kondisi ekologis perairan yang terdiri
dari parameter fisika, kimia dan biologi perairan Secara umum kondisi perairan
di daerah Kecamatan Kupang Barat masih dalam kategori cukup baik untuk budidaya
rumput laut.
Penggunaan komputer yang semakin meluas telah
membantu perkembangan teknologi baru yang disebut geographical information
sciences (GISci), untuk pemetaan dan monitoring bentuk permukaan bumi.
Selain itu, salah satu bentuk teknologi ini juga digunakan untk kegiatan
eksplorasi dan aplikasi di lapang, yaitu: geographical information systems (GIS).
GIS dapat mengambil data digital dan menghasilkan peta dalam waktu yang sangat
singkat; the global positioning system (GPS) dapat menentukan posisi
hingga ±10 m dimanapun di permukaan bumi; dan metode untuk pengamatan jarak
jauh dengan menggunakan teknologi fotografi atau infra-red, yang
dinamakan remote sensing. Teknik-teknik GISci ini mendukung kegiatan
survey dan pengambilan data yang sangat penting dalam kegiatan eksplorasi.
Teknik-teknik ini juga membantu mengembangkan tipe-tipe penelitian di lapang,
menghemat waktu penelitian, dan meningkatkan kualitas dari hasil penelitian
(Richard,2005).
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu
dunia nyata yang dapat direpresentasikan di atas monitor komputer. Sebagaimana
halnya sebuah lukisan di atas sehelai kertas dapat merepresentasikan sesosok
manusia. Akan tetapi SIG mempunyai kemampuan lebih dan fleksibel dibandingkan
dengan lukisan di atas kertas ataupun lembaran-lembaran peta. Pada masa
sekarang, saat segala sesuatu di dunia ini berkembang dengan sedemikian
pesatnya, informasi memegang peranan yang sangat penting di berbagai kalangan
masyarakat. Dalam hal ini, informasi menjadi sebuah pijakan atau dasar bagi
seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau membuat sebuah keputusan. Maka
kemudian berkembanglah suatu sistem teknologi informasi yang menjadi sarana
penunjang untuk mengolah dan menyajikan informasi secara cepat, mudah
dimengerti dan aplikatif. Salah satu dari sekian banyak jenis teknologi
informasi yang berkembang dewasa ini adalah Geographic Information System (GIS)
atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Sistem Informasi Geografis
(SIG) (Puspita, 2009).
Web Sistem Informasi Geografis
Web Sistem Informasi
Geografis atau WebGIS bisa dikatakan sebagai web mapping yang berarti pemetaan internet
tetapi bukan memetakan internet dan
tidak
berarti hanya menampilkan peta (yang berupa gambar yang statis) ke dalam situs
internet. Jika hanya menampilkan peta statis maka tidak ada bedanya dengan
peta
yang ada pada media tradisional. Web mapping bukanlah memindakan aplikasi GIS
desktop ke dalam bentuk web-based walaupun memungkinkan untuk itu. Pengguna
internet berasal dari berbagai kalangan mulai dari yang belum mengerti tentang
GIS hingga orang yang ahli di bidang GIS, oleh karena itu mapping memanfaatkan
fungsi interaktifitas yang ada pada aplikasi GIS dalam bentuk web (Wasilah,
2010).
Sistem Informasi
Geografis mempunyai banyak pengertian dikarenakan SIG merupakan kajian ilmu dan teknologi yang
tergolong masih baru, diantaranya:
1.
Menurut ESRI (1998) mendefinisikan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras computer,
perangkat lunak, data geografi dan
personil yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi,
menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis .
2.
SIG merupakan suatu alat, metode dan prosedur yang mempermudah dan mempercepat usaha untuk menemukan dan memahami
persamaanpersamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi
3.
SIG adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses, dan output) data spasial
atau data bereferensi geografis .
Dapat disimpulkan bahwa
SIG tidak menangani peta atau gambar akan
tetapi SIG menangai database. Konsep database merupakan pusat dari SIG
dan perbedaan antar SIG dengan sistem
pemetaan komputer yang hanya dapat
memproduksi output grafik yang baik.
Data
SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1.
Data grafis, adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi.
Secara
garis besar, data grafis dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Data titik (point), biasanya digunakan untuk mewakili objek kota, stasiun curah hujan, alamat customer dan
lain-lain
b.
Data garis (line/polyline), dapat dipakai untuk menggambarkan jalan, sungai, jaringan listrik dan lian-lain
c.
Area (region/poligon), digunakan untuk mewakili batas administrasi, penggunaan lahan, kemiringan lereng dan
lain-lain
2.
Data atribut atau tabular, adalah data deskriptif yang menyatakan nilai
data grafis tersebut.
Data tabular menyimpan
informasi tentang nilai atau besaran dari data
grafis. Untuk struktur data vektor, data atribut tersimpan secara
terpisah dalam bentuk tabel. Sementara
pada struktur data raster nilai data
grafisnya tersimpan langsung pada nilai grid atau piksel tersebut. Struktur data SIG ada dua macam, yaitu:
vektor dan raster. Pada struktur data
vektor, posisi objek dicatat dalam sistem koordinat. Di sisi lain, objek
pada struktur data raster disimpan pada
grid dua dimensi, yaitu baris dan kolom.
Pada sebuah aplikasi
SIG, terdapat beberapa fasilitas yang merupakan
standar untuk melengkapi peta yang tampil di layar monitor. Antara lain
:
1.
Legenda
Legenda
(legend) adalah keterangan tentang obyek-obyek yang ada di peta, seperti warna hijau adalah hutan, garis
merah adalah jalan, simbol buku adalah
universitas, dan sebagianya.
2.
Skala
Skala
adalah keterangan perbandingan ukuran di layar dengan ukuran sebenarnya.
3.
Zoom In / Out
Peta
di layar dapat diperbesar dengan zoom in dan diperkecil dengan zoom out.
4.
Pan
Dengan
fasilitas pan peta dapat digeser-geser untuk melihat daerah yang dikehendaki.
5.
Searching
Fasilitas
ini digunakan untuk mencari dimana letak suatu feature. Bisa dilakukan dengan meng-inputkan nama atau
keterangan dari feature tersebut.
6.
Pengukuran
Fasilitas
ini dapat mengukur jarak antar titik, jarak rute, atau luas suatu wilayah secara interaktif.
7.
Informasi
Setiap
feature dilengkapi dengan informasi yang dapat dilihat jika feature tersebut
diklik. Misal pada suatu SIG jaringan jalan, jika diklik pada suatu ruas jalan
akan memunculkan data nama jalan
tersebut, tipe jalan, desa-desa yang menjadi ujung jalan, dan jalan-jalan lain yang
berhubungan dengan jalan itu.
8.
Link
Selain
informasi dari database, SIG memungkinkan pula meghubungkan data feature pada
peta dengan data dalam bentuk gambar, video,
ataupun web.
PENENTUAN LOKASI UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT
DI DAERAH KECAMATAN KUPANG BARAT
1.
SUHU
Suhu mempunyai peranan yang sangat penting bagi
kehidupan dan pertumbuhan rumput laut. Suhu air dapat berpengaruh terhadap
beberapa fungsi fisiologis rumput laut seperti fotosintesa, respirasi,
metabolisme, pertumbuhan dan reproduksi.
Kisaran suhu di perairan Kecamatan
Kupang Barat berkisar antara 27 C- 28°C.
Gambar 5. Sebaran Suhu Perairan di Kecamatan
Kupang Barat
Menurut Kadi dan Atmadja (1988) dari LIPI bahwa suhu
yang dikehendaki pada budidaya Eucheuma berkisar antara 27°C-30°C.
Berdasarkan kisaran suhu tersebut maka evaluasi suhu perairan di Kecamatan
Kupang Barat menunjukkan bahwa perairan tersebut layak untuk budidaya rumput
laut jenis Eucheuma cottonii dengan kisaran rata-rata 27-28 °C.
Peta tematik suhu perairan di kawasan perarian
Kecamatan Kupang Barat disajikan pada Gambar 6 telihat bahwa suhu perairan
makin dekat dengan pantai makin panas, hal ini disebabkan karena aktifitas
seperti gelombang yang pecah di pantai akan membuat suhu semakin panas selain
itu juga bahwa jika perairan makin dalam maka suhu semakin dingin. Pada peta
tersebut dapat diketahui sebaran suhu perairan di lokasi studi dimana terdapat
5 kelas kisaran suhu berbeda. Suhu perairan terbaik untuk budidaya rumput laut Eucheuma
cottonii adalah pada kelas kisaran suhu pertama sampai ketiga yaitu
27,0-28,2.
SALINITAS
Parameter kimia lain yang sangat
berperan dalam budidaya rumput laut adalah salinitas. Salinitas merupakan
faktor yang penting bagi pertumbuhan rumput laut. Mekanisme osmoregulasi pada
rumput laut dapat terjadi dengan menggunakan asam amino atau jenis-jenis
karbohidrat. Kisaran salinitas yang rendah dapat menyebabkan pertumbuhan rumput
laut menjadi tidak normal. Hasil pengukuran salinitas perairan di Kecamatan
Kupang Barat relatif berflktuasi tidak terlalu jauh.
Kisaran salinitas diperairan Kecamatan Kupang Barat bervariasi
yaitu antara 28-30 ppt.
Sebaran salinitas perairan Kecamatan
Kupang Barat pada peta tematik menunjukkan relatif bervariasi, namun pada
umumnya salinitas perairan di Kecamatan Kupang Barat masih dalam kisaran yang
menunjang pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii. Pada peta tematik
terlihat bahwa semakin jauh dari pantai salinitas makin tinggi hal ini diduga
bahwa semakin dalam perairan maka akan terjadi evaporasi sehingga perairan
makin salin dengan demikian tinggi salinitas di tengah laut.
Gambar 8. Peta tematik salinitas perairan Kecamatan Kupang Barat
KECERAHAN DAN KEDALAMAN PERAIRAN
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan
cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami
kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa.
Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer
dalam suatu perairan. Seperti diketahui fotosintesa rumput laut sangat
membutuhkan cahaya dan apabila aktifitas fotosintesa terganggu maka akan
mengakibatkan pertumbuhan rumput laut yang tidak optimal. Kecerahan perairan di
lokasi penelitian relatif tidak berfluktuasi.
Peta tematik kecerahan di Kecamatan
Kupang Barat, terlihat bahwa semakin kearah laut lepas kecerahan semakin
tinggi. Kecerahan yang sesuai untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dengan
metode rakit apung dimulai pada perairan di kelas kisaran kecerahan kedua yaitu
1,33 meter.
KEDALAMAN PERAIRAN
Kedalaman perairan merupakan suatu kondisi yang
menunjukkan kemampuan organisme untuk berinteraksi dengan cahaya (kedalaman
tumbuh), kedalaman antara organisme (rumput laut) dengan substrat adalah jarak
antara tanaman rumput laut dengan dasar perairan, sedangkan kedalaman perairan
adalah jarak dari permukaan air hingga ke dasar perairan
Berdasarkan hasil pengukuran maka kedalaman tumbuh
rata-rata adalah 0,3 meter. Kondisi ini merupakan hal penting untuk diketahui
karena berkaitan dengan faktor cahaya yang masuk ke perairan untuk proses
fotosintesis. Untuk penanaman di dekat permukaan perairan, kedalaman saat
penanaman disesuaikan terhadap permukaan air laut sehingga kedalaman penanaman
tidak secara nyata mempangaruhi pertumbuhan rumput laut dan aspek pencahayaan
(fotosintesis) kecuali dari aspek suplai nutrisi (pengadukan). Menurut Indriani
dan Sumiarsih (1999), bahwa kedalaman bagi pertumbuhan rumput laut adalah
0,3-0,6 meter.
Kedalaman perairan di Kecamatan Kupang Barat pada
tematik bervariasi berdasarkan topografi pantai (Gambar 12). Pada hakekatnya
keseluruhan perairan, bila ditinjau dari segi kedalaman dapat digunakan untuk
budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dengan metode rakit, namun
demikian yang diperlukan untuk terjaminnya suplai nutrisi adalah kedalaman yang
masih memungkinkan adanya pengadukan yang membawa nutrisi untuk pertumbuhan
rumput laut.
OKSIGEN TERLARUT
Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor yang
penting dalam kehidupan organisme untuk proses respirasi. Oksigen terlarut
dalam air umumnya dari difusi oksigen, arus atau aliran air melalui air hujan
dan fotosintesis. Kadar oksigen terlarut bervariasi tergantung pada suhu,
salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Oksigen terlarut di Kecamatan
Kupang Barat relatif tidak berfluktuasi. Hasil pengukuran
oksigen terlarut berkisar antara 5,0-6,3 mg/1.
Peta tematik oksigen terlarut menunjukkan bahwa
perairan Kecamatan Kupang Barat memiliki kandungan oksigen terlarut yang
berfluktuasi tidak terlalu
besar ,terlihat bahwa seluruh perairan
yang diteliti memiliki kandungan oksigen terlarut yang sesuai untuk budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii.
ARUS
Arus merupakan salah satu faktor penting
dalam pertumbuhan rumput laut dimana arus mempunyai peranan dalam transportasi
unsur hara sebagai sumber makanan. Jika gerakan air yang bagus maka akan
membawa nutriens yang cukup dan dapat mencuci kotoran-kotoran halus yang
menempel pada thallus. Sebaliknya dalam pengembangan usaha budidaya
rumput laut perlu diperhatikan kondisi lokasi agar terlindung dari arus yang
kuat. Kecepatan arus perairan kecamatan Kupang Barat bervariasi. Hasil
pengukuran kecepatan arus di perairan Kecamatan Kupang Barat berfluktuasi yaitu
berkisar antara 16-37,55 cm/detik.
Arus
perairan Kecamatan Kupang Barat pada peta tematik menunjukkan kecepatan arus
yang berfluktuasi cukup besar, hal ini disebabkan oleh kondisi perairan, gaya
hidrologi dan pengaruh fisika oseanografi lainnya, namun demikian keseluruhan
lokasi perairan studi ditinjau dari kecepatan arus masih sesuai untuk budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii yang menggunakan metode rakit apung.
KANDUNGAN NUTRIENT
A.Nitrat
Nitrat di perairan laut, digambarkan sebagai senyawa
mikronutrien pengontrol produktivitas primer di lapisan permukaan daerah
eufotik. Kadar nitrat di daerah eufotik sangat dipengaruhi oleh transportasi
nitrat di daerah tersebut, oksidasi amoniak oleh mikroorganisme dan pengambilan
nitrat untuk proses produktivitas primer (Grasshoff dalam Hutagalung dan
Dedy, 1994). Menurut Lee et al, (1978) bahwa kisaran nitrat perairan
berada antara 0,01-0,7 mg/1, sedangkan menurut Effendi (2003) bahwa kadar
nitrat-nitrogen pada perairan alami hamper tidak pernah lebih dari 0,1 mg/1,
akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/1, akan mengakibatkan
eutrofikasi (pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan
tumbuhan air secara pesat. Kandungan nitrat di perairan Kecamatan kupang Barat
bervariasi. Hasil pengukuran nitrat di perairan penelitian bervariasi antara
1,8^,5 mg/1.
Peta tematik kadar nitrat di perairan Kecamatan
Kupang Barat, terlihat bahwa seluruh perairan yang diteliti memiliki kandungan nitrat
yang sesuai untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii.
B. Fosfat
Orthofosfat merupakan nutrisi yang
esensial bagi pertumbuhan suatu organisme perairan. Bertambahnya kedalaman,
konsentrasi orthophosphat juga mengalami peningkatan (Dawes, 1981). Selanjutnya
Romimoharto dan Juwana, (2005) menyatakan bahwa rendahnya konsentrasi
ortofosfat di permukaan perairan disebabkan karena penyerapan yang tinggi
akibat tingginya produksi organik. Hasil pengukuran orthophosfat pada setiap
stasiun di wilayah perairan bervariasi antara 0,33-1,99 mg/1.
Peta
tematik kandungan ortofosfat di perairan Kecamatan Kupang Barat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar fosfat di perairan Kecamatan Kupang Barat
masih berada dalam kisaran dapat menunjang bagi pertumbuhan rumput laut.
Menurut Wardoyo (1978) dalam Fatmawati (1998) bahwa nilai fosfat lebih
besar dari 0,2 mg/1 sangat baik.
BIOTA PENGGANGGU
Biota pengganggu (hama) merupakan salah satu
hambatan dalam pengembangan budidaya rumput laut. hama yang sering menyerang
rumput laut dikelompokkan berdasarkan ukurannya yaitu hama mikro (micro
graze) dan hama
makro (macro grazer). hama mikro
umumnya berukuran kurang dari 2 cm dan melekat pada thallus tanaman seperti
larva bulu babi dan larva teripang sedangkan
hama makro umumnya berukuran lebih dari
2 cm seperti ikan baronang (siganus spp) dan penyu hijau (chelonia
midas) (anggadireja et al, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan di
perairan Kecamatan Kupang Barat maka biota pengganggu adalah ikan-ikan baronang
(Siganus spp) yang memakan thallus rumput laut dimana yang tertinggal
hanya kerangka thallus berwarna putih sehingga akan mudah terserang penyakit.
Hal ini terjadi pada saat rumput laut berumur 3 minggu (20 hari).
KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Perairan laut di Kecamatan Kupang Barat yang
memiliki potensi sumberdaya alam untuk pengembangan budidaya laut, salah satu
diantaranya adalah budidaya rumput laut. Untuk mendukung kegiatan tersebut
perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan/lokasi dimana dalam menentukan lokasi
budidaya rumput laut perlu diperhatiakan beberapa persyaratan sebagai indikator
yang mendukung kegiatan tersebut.
Analisis kesesuaian yang dilakukan, didasarkan atas
faktor/parameter pembatas sesuai pemanfaatannya ditinjau dari aspek ekologis.
Kriteria awal yang disusun umumnya dari prasyarat ekologis, selanjutnya hasil
analisis SIG berupa lokasi dan luasan yang sesuai dengan kriteria yang
dipersyaratkan yang pada akhirnya menentukan daya dukung lahan. Analisis ini
dimaksudkan untuk menilai kelayakan atau kesesuaian lahan peraiaran Kecamatan
Kupang Barat. Hasil analisis dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu tidak
sesuai (Sl), sesuai bersyarat (S2) dan sangat sesuai (S3).
Berdasarakan analisis spasial dengan pendekatan
Sistem Informasi Geografis (SIG) maka akan diperoleh kelas kesesuaian lahan
untuk budidaya rumput laut melalui beberapa tahapan antara lain : 1) menentukan
nilai dari tiap parameter dengan membuat matriks yang memuat skor dan bobot; 2)
data tiap parameter dimasukkan atau didigit kedalam peta sehingga akan
diperoleh peta tematik; 3) dengan teknik tumpang susun (overlay) semua
peta tematik yaitu tematik suhu, salinitas, kedalaman, kecerahan, DO, nitrat,
fosfat, substrat maka diperoleh total nilai dari tiap parameter; 4) total nilai
tersebut akan disesuaikan dengan range kelas kesesuaian yaitu kelas 1
(tidak sesuai) berkisar 275-355, kelas 2 (sesuai) berkisar 356-435 dan kelas 3
(sangat sesuai) berkisar 436-515.
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Perikanan budidaya merupakan kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan akibat beban limbah yang
dapat mengakibatkan pengkayaan nutrien, eutrofikasi, hypoxia, sedimentasi
sehingga kegiatan budidaya
harus dilakukan sesuai dengan kemampuan
daya dukung lingkungan. Dalam penelitian ini daya dukung lingkungan yang dikaji
adalah daya dukung secara eklogis.
Penentuan
daya dukung lingkungan secara ekologis ini akan mempertimbangkan status pemanfaatan,
dimana dalam analisa spasial dapat menghitung luasan dan kapasitas jumlah rakit
maksimum dengan mempertimbangkan kawasan alur pelayaran serta mereduksi kawasan
pelabuhan juga kawasan budidaya mutiara. Sasarannya adalah bahwa keberadaan
budidaya rumput laut tidak boleh mengganggu alur pelayaran, membatasi akses
nelayan dan
kegiatan budidaya mutiara sehingga dapat
dihindari munculnya konflik kepentingan antar pengguna perairan tersebut.
Pendugaan daya dukung lingkungan perairan di Kecamatan Kupang Barat bagi
pengembangan budidaya rumput laut dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu luas
areal budidaya rumput laut, jumlah maksimum rakit dan total produksi rumput
laut.
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT
LAUT DI KECAMATAN KUPANG BARAT
Dalam pengembangan budidaya rumput laut (Eucheuma
cottonii) di kawasan perairan Kecamatan Kupang Barat dilakukan melalui
pendekatan secara deskriptif yang menggambarkan kondisi wilayah perairan dengan
mempertimbangkan kondisi ekologis perairan dalam menyusun suatu strategi
pengembangan budidaya rumput laut yang berkelanjutan. Kondisi ekologis lainnya
seperti DO, Nitrat dan orthophosfat berdasarkan hasil penelitian masih dalam
batas toleransi untuk pertumbuhan rumput laut. Kondisi ini perlu dipertahankan
agar budidaya rumput laut dapat terus berkembang. Penataan/pengaturan rakit dan
jarak tanam yang sesuai dengan daya dukung lingkungan, kiranya perlu juga
dilakukan untuk memberikan kesempatan/peluang yang sama besar bagi individu
rumput laut dalam menyerap nutrien di perairan.
Selain
hal di atas, lingkungan pantai di Kecamatan Kupang Barat memiliki
karakteristik yang landai dengan
sejumlah kegiatan seperti pelabuhan dan budidaya mutiara di perairan lautnya.
Kegiatan ini dapat mempengaruhi kondisi kualitas perairan. Aktivitas pelabuhan
dan budidaya mutiara menghasilkan limbah berupa limbah cair dan padat, namun
dalam jumlah yang belum diketahui besarannya. Dengan demikian dalam upaya
mempertahankan kelestarian lingkungan, diperlukan adanya pengaturan pembuangan
limbah (dari kegiatan pelabuahan, dan lain-lain) ke perairan laut yang tidak
boleh melebihi kapasitas asimilasi lingkungan perairan Kecamatan Kupang Barat.
Sebaiknya sebelum limbah cair dialirkan ke laut, perlu melakukan proses
penanganan limbah cair sebelum dialirkan ke laut dan melakukan penanganan atau
daur ulang untuk limbah padat.
Dalam
upaya mengembangkan kegiatan usaha budidaya rumput laut di Kecamatan Kupang
Barat, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, perlu memperhatikan dan
mempertahankan aspek biogeofisik dan kimiawi seperti suhu air, salinitas, arus,
gelombang, oksigen terlarut, nitrat, phospat yang ada sehingga mendukung
keberlanjutan usaha budidaya rumput laut serta daya dukung lahan agar dampaknya
tidak melebihi kapasitas fungsionalnya. Oleh karena itu konsep pengelolaan di
perairan tersebut sebaiknya mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan yang
berbasis ekologi sehingga usaha pengembangan budidaya rumput laut terus
berkelanjutan.
Menurut Scones (1993) dalam Bengen
(2006) bahwa daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum individu pada suatu
lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena faktor kepadatan,
serta terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen. Oleh karena itu, dalam
penataan kawasan perairan dimana terdapat aktivitas budidaya rumput laut,
pelabuhan, budidaya mutiara, lalulintas, dan kegiatan lainnya maka haruslah
diperhatikan agar tidak melebihi daya dukung perairan.
DAFTAR PUSTAKA
http://forum.upi.edu/index.php?topic=14435.0
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/03/sig-memberi-manfaat-kepada semua-pihak.html
http://regional.coremap.or.id oleh : Dr. Ir. Mukti Zainuddin, Msc. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
http://www.damandiri.or.id/file/yusufkamlasiipbbab5.pdf
http://www.pustaka.ut.ac.id/pdfpenelitian/70029.pdf
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking