Donderdag 11 April 2013

APLIKASI SIG DALAM PENENTUAN LOKASI UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DAERAH KECAMATAN KUPANG BARAT



PENDAHULUAN
Karakteristik fisik perairan berperan penting dalam menentukan kesesuaian wilayah untuk budidaya rumput laut dan saling berkaitan, dimana penelitian ini dilakukan melalui pendekatan ekologi untuk melaksanakan budidaya rumput laut di wilayah perairan Kecamatan Kupang Barat. Organisme laut memiliki syarat-syarat lingkungan agar dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Semakin sesuai kondisi lingkungan perairan maka akan semakin baik pertumbuhan suatu organisme. Rumput laut merupakan salah satu organisme laut yang memerlukan habitat lingkungan untuk tumbuh dan berkembang biak. Pertumbuhan rumput laut sangat tergantung dari faktor-foktor oseanografi seperti parameter fisika, kimia dan biologi.
Penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut dilakukan berdasarkan pengamatan karakteristik perairan sebagai syarat tumbuh rumput laut. Karakterisitik perairan yang diamati meliputi kondisi ekologis perairan yang terdiri dari parameter fisika, kimia dan biologi perairan Secara umum kondisi perairan di daerah Kecamatan Kupang Barat masih dalam kategori cukup baik untuk budidaya rumput laut.
Penggunaan komputer yang semakin meluas telah membantu perkembangan teknologi baru yang disebut geographical information sciences (GISci), untuk pemetaan dan monitoring bentuk permukaan bumi. Selain itu, salah satu bentuk teknologi ini juga digunakan untk kegiatan eksplorasi dan aplikasi di lapang, yaitu: geographical information systems (GIS). GIS dapat mengambil data digital dan menghasilkan peta dalam waktu yang sangat singkat; the global positioning system (GPS) dapat menentukan posisi hingga ±10 m dimanapun di permukaan bumi; dan metode untuk pengamatan jarak jauh dengan menggunakan teknologi fotografi atau infra-red, yang dinamakan remote sensing. Teknik-teknik GISci ini mendukung kegiatan survey dan pengambilan data yang sangat penting dalam kegiatan eksplorasi. Teknik-teknik ini juga membantu mengembangkan tipe-tipe penelitian di lapang, menghemat waktu penelitian, dan meningkatkan kualitas dari hasil penelitian (Richard,2005).
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu dunia nyata yang dapat direpresentasikan di atas monitor komputer. Sebagaimana halnya sebuah lukisan di atas sehelai kertas dapat merepresentasikan sesosok manusia. Akan tetapi SIG mempunyai kemampuan lebih dan fleksibel dibandingkan dengan lukisan di atas kertas ataupun lembaran-lembaran peta. Pada masa sekarang, saat segala sesuatu di dunia ini berkembang dengan sedemikian pesatnya, informasi memegang peranan yang sangat penting di berbagai kalangan masyarakat. Dalam hal ini, informasi menjadi sebuah pijakan atau dasar bagi seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau membuat sebuah keputusan. Maka kemudian berkembanglah suatu sistem teknologi informasi yang menjadi sarana penunjang untuk mengolah dan menyajikan informasi secara cepat, mudah dimengerti dan aplikatif. Salah satu dari sekian banyak jenis teknologi informasi yang berkembang dewasa ini adalah Geographic Information System (GIS) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Puspita, 2009).


Web Sistem Informasi Geografis

Web Sistem Informasi Geografis atau WebGIS bisa dikatakan sebagai  web mapping yang berarti pemetaan internet tetapi bukan memetakan internet dan
tidak berarti hanya menampilkan peta (yang berupa gambar yang statis) ke dalam situs internet. Jika hanya menampilkan peta statis maka tidak ada bedanya dengan
peta yang ada pada media tradisional. Web mapping bukanlah memindakan aplikasi GIS desktop ke dalam bentuk web-based walaupun memungkinkan untuk itu. Pengguna internet berasal dari berbagai kalangan mulai dari yang belum mengerti tentang GIS hingga orang yang ahli di bidang GIS, oleh karena itu mapping memanfaatkan fungsi interaktifitas yang ada pada aplikasi GIS dalam bentuk web (Wasilah, 2010).
Sistem Informasi Geografis mempunyai banyak pengertian dikarenakan  SIG merupakan kajian ilmu dan teknologi yang tergolong masih baru,  diantaranya:
1. Menurut ESRI (1998) mendefinisikan SIG sebagai kumpulan yang  terorganisir dari perangkat keras computer, perangkat lunak, data geografi  dan personil yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi  yang bereferensi geografis .
2. SIG merupakan suatu alat, metode dan prosedur yang mempermudah dan  mempercepat usaha untuk menemukan dan memahami persamaanpersamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi
3. SIG adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input,  manajemen, proses, dan output) data spasial atau data bereferensi  geografis .
Dapat disimpulkan bahwa SIG tidak menangani peta atau gambar akan  tetapi SIG menangai database. Konsep database merupakan pusat dari SIG dan  perbedaan antar SIG dengan sistem pemetaan komputer yang hanya dapat  memproduksi output grafik yang baik.
Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Data grafis, adalah data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan  objek di permukaan bumi.
Secara garis besar, data grafis dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Data titik (point), biasanya digunakan untuk mewakili objek kota,  stasiun curah hujan, alamat customer dan lain-lain
b. Data garis (line/polyline), dapat dipakai untuk menggambarkan jalan,  sungai, jaringan listrik dan lian-lain
c. Area (region/poligon), digunakan untuk mewakili batas administrasi,  penggunaan lahan, kemiringan lereng dan lain-lain
2. Data atribut atau tabular, adalah data deskriptif yang menyatakan nilai data  grafis tersebut.
Data tabular menyimpan informasi tentang nilai atau besaran dari data  grafis. Untuk struktur data vektor, data atribut tersimpan secara terpisah  dalam bentuk tabel. Sementara pada struktur data raster nilai data  grafisnya tersimpan langsung pada nilai grid atau piksel tersebut.  Struktur data SIG ada dua macam, yaitu: vektor dan raster. Pada struktur  data vektor, posisi objek dicatat dalam sistem koordinat. Di sisi lain, objek pada  struktur data raster disimpan pada grid dua dimensi, yaitu baris dan kolom.
            Pada sebuah aplikasi SIG, terdapat beberapa fasilitas yang merupakan  standar untuk melengkapi peta yang tampil di layar monitor. Antara lain :
1. Legenda
Legenda (legend) adalah keterangan tentang obyek-obyek yang ada di  peta, seperti warna hijau adalah hutan, garis merah adalah jalan, simbol  buku adalah universitas, dan sebagianya.
2. Skala
Skala adalah keterangan perbandingan ukuran di layar dengan ukuran  sebenarnya.
3. Zoom In / Out
Peta di layar dapat diperbesar dengan zoom in dan diperkecil dengan zoom  out.
4. Pan
Dengan fasilitas pan peta dapat digeser-geser untuk melihat daerah yang dikehendaki.
5. Searching
Fasilitas ini digunakan untuk mencari dimana letak suatu feature. Bisa  dilakukan dengan meng-inputkan nama atau keterangan dari feature  tersebut.
6. Pengukuran
Fasilitas ini dapat mengukur jarak antar titik, jarak rute, atau luas suatu  wilayah secara interaktif.
7. Informasi
Setiap feature dilengkapi dengan informasi yang dapat dilihat jika feature tersebut diklik. Misal pada suatu SIG jaringan jalan, jika diklik pada suatu ruas jalan akan  memunculkan data nama jalan tersebut, tipe jalan, desa-desa yang menjadi  ujung jalan, dan jalan-jalan lain yang berhubungan dengan jalan itu.
8. Link
Selain informasi dari database, SIG memungkinkan pula meghubungkan data feature pada peta dengan data dalam bentuk gambar,  video, ataupun web.

PENENTUAN LOKASI UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DAERAH KECAMATAN KUPANG BARAT

1.      SUHU
Suhu mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan rumput laut. Suhu air dapat berpengaruh terhadap beberapa fungsi fisiologis rumput laut seperti fotosintesa, respirasi, metabolisme, pertumbuhan dan reproduksi.
Kisaran suhu di perairan Kecamatan Kupang Barat berkisar antara 27 C- 28°C. 

                                  Gambar 5. Sebaran Suhu Perairan di Kecamatan Kupang Barat

Menurut Kadi dan Atmadja (1988) dari LIPI bahwa suhu yang dikehendaki pada budidaya Eucheuma berkisar antara 27°C-30°C. Berdasarkan kisaran suhu tersebut maka evaluasi suhu perairan di Kecamatan Kupang Barat menunjukkan bahwa perairan tersebut layak untuk budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii dengan kisaran rata-rata 27-28 °C.
Peta tematik suhu perairan di kawasan perarian Kecamatan Kupang Barat disajikan pada Gambar 6 telihat bahwa suhu perairan makin dekat dengan pantai makin panas, hal ini disebabkan karena aktifitas seperti gelombang yang pecah di pantai akan membuat suhu semakin panas selain itu juga bahwa jika perairan makin dalam maka suhu semakin dingin. Pada peta tersebut dapat diketahui sebaran suhu perairan di lokasi studi dimana terdapat 5 kelas kisaran suhu berbeda. Suhu perairan terbaik untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii adalah pada kelas kisaran suhu pertama sampai ketiga yaitu 27,0-28,2.

SALINITAS
Parameter kimia lain yang sangat berperan dalam budidaya rumput laut adalah salinitas. Salinitas merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan rumput laut. Mekanisme osmoregulasi pada rumput laut dapat terjadi dengan menggunakan asam amino atau jenis-jenis karbohidrat. Kisaran salinitas yang rendah dapat menyebabkan pertumbuhan rumput laut menjadi tidak normal. Hasil pengukuran salinitas perairan di Kecamatan Kupang Barat relatif berflktuasi tidak terlalu jauh.


Kisaran salinitas diperairan Kecamatan Kupang Barat bervariasi yaitu antara 28-30 ppt.

Sebaran salinitas perairan Kecamatan Kupang Barat pada peta tematik menunjukkan relatif bervariasi, namun pada umumnya salinitas perairan di Kecamatan Kupang Barat masih dalam kisaran yang menunjang pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii. Pada peta tematik terlihat bahwa semakin jauh dari pantai salinitas makin tinggi hal ini diduga bahwa semakin dalam perairan maka akan terjadi evaporasi sehingga perairan makin salin dengan demikian tinggi salinitas di tengah laut.

                             Gambar 8. Peta tematik salinitas perairan Kecamatan Kupang Barat

KECERAHAN DAN KEDALAMAN PERAIRAN
Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primer dalam suatu perairan. Seperti diketahui fotosintesa rumput laut sangat membutuhkan cahaya dan apabila aktifitas fotosintesa terganggu maka akan mengakibatkan pertumbuhan rumput laut yang tidak optimal. Kecerahan perairan di lokasi penelitian relatif tidak berfluktuasi.
Peta tematik kecerahan di Kecamatan Kupang Barat, terlihat bahwa semakin kearah laut lepas kecerahan semakin tinggi. Kecerahan yang sesuai untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dengan metode rakit apung dimulai pada perairan di kelas kisaran kecerahan kedua yaitu 1,33 meter.


KEDALAMAN PERAIRAN
Kedalaman perairan merupakan suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan organisme untuk berinteraksi dengan cahaya (kedalaman tumbuh), kedalaman antara organisme (rumput laut) dengan substrat adalah jarak antara tanaman rumput laut dengan dasar perairan, sedangkan kedalaman perairan adalah jarak dari permukaan air hingga ke dasar perairan
Berdasarkan hasil pengukuran maka kedalaman tumbuh rata-rata adalah 0,3 meter. Kondisi ini merupakan hal penting untuk diketahui karena berkaitan dengan faktor cahaya yang masuk ke perairan untuk proses fotosintesis. Untuk penanaman di dekat permukaan perairan, kedalaman saat penanaman disesuaikan terhadap permukaan air laut sehingga kedalaman penanaman tidak secara nyata mempangaruhi pertumbuhan rumput laut dan aspek pencahayaan (fotosintesis) kecuali dari aspek suplai nutrisi (pengadukan). Menurut Indriani dan Sumiarsih (1999), bahwa kedalaman bagi pertumbuhan rumput laut adalah 0,3-0,6 meter.
Kedalaman perairan di Kecamatan Kupang Barat pada tematik bervariasi berdasarkan topografi pantai (Gambar 12). Pada hakekatnya keseluruhan perairan, bila ditinjau dari segi kedalaman dapat digunakan untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dengan metode rakit, namun demikian yang diperlukan untuk terjaminnya suplai nutrisi adalah kedalaman yang masih memungkinkan adanya pengadukan yang membawa nutrisi untuk pertumbuhan rumput laut.


OKSIGEN TERLARUT
Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan organisme untuk proses respirasi. Oksigen terlarut dalam air umumnya dari difusi oksigen, arus atau aliran air melalui air hujan dan fotosintesis. Kadar oksigen terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Oksigen terlarut di Kecamatan Kupang Barat relatif tidak berfluktuasi. Hasil pengukuran oksigen terlarut berkisar antara 5,0-6,3 mg/1.
Peta tematik oksigen terlarut menunjukkan bahwa perairan Kecamatan Kupang Barat memiliki kandungan oksigen terlarut yang berfluktuasi tidak terlalu
besar ,terlihat bahwa seluruh perairan yang diteliti memiliki kandungan oksigen terlarut yang sesuai untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii.


ARUS
Arus merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan rumput laut dimana arus mempunyai peranan dalam transportasi unsur hara sebagai sumber makanan. Jika gerakan air yang bagus maka akan membawa nutriens yang cukup dan dapat mencuci kotoran-kotoran halus yang menempel pada thallus. Sebaliknya dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut perlu diperhatikan kondisi lokasi agar terlindung dari arus yang kuat. Kecepatan arus perairan kecamatan Kupang Barat bervariasi. Hasil pengukuran kecepatan arus di perairan Kecamatan Kupang Barat berfluktuasi yaitu berkisar antara 16-37,55 cm/detik.
            Arus perairan Kecamatan Kupang Barat pada peta tematik menunjukkan kecepatan arus yang berfluktuasi cukup besar, hal ini disebabkan oleh kondisi perairan, gaya hidrologi dan pengaruh fisika oseanografi lainnya, namun demikian keseluruhan lokasi perairan studi ditinjau dari kecepatan arus masih sesuai untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii yang menggunakan metode rakit apung.


KANDUNGAN NUTRIENT
A.Nitrat
Nitrat di perairan laut, digambarkan sebagai senyawa mikronutrien pengontrol produktivitas primer di lapisan permukaan daerah eufotik. Kadar nitrat di daerah eufotik sangat dipengaruhi oleh transportasi nitrat di daerah tersebut, oksidasi amoniak oleh mikroorganisme dan pengambilan nitrat untuk proses produktivitas primer (Grasshoff dalam Hutagalung dan Dedy, 1994). Menurut Lee et al, (1978) bahwa kisaran nitrat perairan berada antara 0,01-0,7 mg/1, sedangkan menurut Effendi (2003) bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hamper tidak pernah lebih dari 0,1 mg/1, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/1, akan mengakibatkan eutrofikasi (pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat. Kandungan nitrat di perairan Kecamatan kupang Barat bervariasi. Hasil pengukuran nitrat di perairan penelitian bervariasi antara 1,8^,5 mg/1.
Peta tematik kadar nitrat di perairan Kecamatan Kupang Barat, terlihat bahwa seluruh perairan yang diteliti memiliki kandungan nitrat yang sesuai untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii.


B. Fosfat
Orthofosfat merupakan nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan suatu organisme perairan. Bertambahnya kedalaman, konsentrasi orthophosphat juga mengalami peningkatan (Dawes, 1981). Selanjutnya Romimoharto dan Juwana, (2005) menyatakan bahwa rendahnya konsentrasi ortofosfat di permukaan perairan disebabkan karena penyerapan yang tinggi akibat tingginya produksi organik. Hasil pengukuran orthophosfat pada setiap stasiun di wilayah perairan bervariasi antara 0,33-1,99 mg/1.
            Peta tematik kandungan ortofosfat di perairan Kecamatan Kupang Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fosfat di perairan Kecamatan Kupang Barat masih berada dalam kisaran dapat menunjang bagi pertumbuhan rumput laut. Menurut Wardoyo (1978) dalam Fatmawati (1998) bahwa nilai fosfat lebih besar dari 0,2 mg/1 sangat baik.


BIOTA PENGGANGGU
Biota pengganggu (hama) merupakan salah satu hambatan dalam pengembangan budidaya rumput laut. hama yang sering menyerang rumput laut dikelompokkan berdasarkan ukurannya yaitu hama mikro (micro graze) dan hama
makro (macro grazer). hama mikro umumnya berukuran kurang dari 2 cm dan melekat pada thallus tanaman seperti larva bulu babi dan larva teripang sedangkan
hama makro umumnya berukuran lebih dari 2 cm seperti ikan baronang (siganus spp) dan penyu hijau (chelonia midas) (anggadireja et al, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan di perairan Kecamatan Kupang Barat maka biota pengganggu adalah ikan-ikan baronang (Siganus spp) yang memakan thallus rumput laut dimana yang tertinggal hanya kerangka thallus berwarna putih sehingga akan mudah terserang penyakit. Hal ini terjadi pada saat rumput laut berumur 3 minggu (20 hari).

KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Perairan laut di Kecamatan Kupang Barat yang memiliki potensi sumberdaya alam untuk pengembangan budidaya laut, salah satu diantaranya adalah budidaya rumput laut. Untuk mendukung kegiatan tersebut perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan/lokasi dimana dalam menentukan lokasi budidaya rumput laut perlu diperhatiakan beberapa persyaratan sebagai indikator yang mendukung kegiatan tersebut.
Analisis kesesuaian yang dilakukan, didasarkan atas faktor/parameter pembatas sesuai pemanfaatannya ditinjau dari aspek ekologis. Kriteria awal yang disusun umumnya dari prasyarat ekologis, selanjutnya hasil analisis SIG berupa lokasi dan luasan yang sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan yang pada akhirnya menentukan daya dukung lahan. Analisis ini dimaksudkan untuk menilai kelayakan atau kesesuaian lahan peraiaran Kecamatan Kupang Barat. Hasil analisis dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu tidak sesuai (Sl), sesuai bersyarat (S2) dan sangat sesuai (S3).
Berdasarakan analisis spasial dengan pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) maka akan diperoleh kelas kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut melalui beberapa tahapan antara lain : 1) menentukan nilai dari tiap parameter dengan membuat matriks yang memuat skor dan bobot; 2) data tiap parameter dimasukkan atau didigit kedalam peta sehingga akan diperoleh peta tematik; 3) dengan teknik tumpang susun (overlay) semua peta tematik yaitu tematik suhu, salinitas, kedalaman, kecerahan, DO, nitrat, fosfat, substrat maka diperoleh total nilai dari tiap parameter; 4) total nilai tersebut akan disesuaikan dengan range kelas kesesuaian yaitu kelas 1 (tidak sesuai) berkisar 275-355, kelas 2 (sesuai) berkisar 356-435 dan kelas 3 (sangat sesuai) berkisar 436-515.


DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Perikanan budidaya merupakan kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan akibat beban limbah yang dapat mengakibatkan pengkayaan nutrien, eutrofikasi, hypoxia, sedimentasi sehingga kegiatan budidaya
harus dilakukan sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan. Dalam penelitian ini daya dukung lingkungan yang dikaji adalah daya dukung secara eklogis.
            Penentuan daya dukung lingkungan secara ekologis ini akan mempertimbangkan status pemanfaatan, dimana dalam analisa spasial dapat menghitung luasan dan kapasitas jumlah rakit maksimum dengan mempertimbangkan kawasan alur pelayaran serta mereduksi kawasan pelabuhan juga kawasan budidaya mutiara. Sasarannya adalah bahwa keberadaan budidaya rumput laut tidak boleh mengganggu alur pelayaran, membatasi akses nelayan dan
kegiatan budidaya mutiara sehingga dapat dihindari munculnya konflik kepentingan antar pengguna perairan tersebut. Pendugaan daya dukung lingkungan perairan di Kecamatan Kupang Barat bagi pengembangan budidaya rumput laut dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu luas areal budidaya rumput laut, jumlah maksimum rakit dan total produksi rumput laut.

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KECAMATAN KUPANG BARAT
Dalam pengembangan budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii) di kawasan perairan Kecamatan Kupang Barat dilakukan melalui pendekatan secara deskriptif yang menggambarkan kondisi wilayah perairan dengan mempertimbangkan kondisi ekologis perairan dalam menyusun suatu strategi pengembangan budidaya rumput laut yang berkelanjutan. Kondisi ekologis lainnya seperti DO, Nitrat dan orthophosfat berdasarkan hasil penelitian masih dalam batas toleransi untuk pertumbuhan rumput laut. Kondisi ini perlu dipertahankan agar budidaya rumput laut dapat terus berkembang. Penataan/pengaturan rakit dan jarak tanam yang sesuai dengan daya dukung lingkungan, kiranya perlu juga dilakukan untuk memberikan kesempatan/peluang yang sama besar bagi individu rumput laut dalam menyerap nutrien di perairan.
            Selain hal di atas, lingkungan pantai di Kecamatan Kupang Barat memiliki
karakteristik yang landai dengan sejumlah kegiatan seperti pelabuhan dan budidaya mutiara di perairan lautnya. Kegiatan ini dapat mempengaruhi kondisi kualitas perairan. Aktivitas pelabuhan dan budidaya mutiara menghasilkan limbah berupa limbah cair dan padat, namun dalam jumlah yang belum diketahui besarannya. Dengan demikian dalam upaya mempertahankan kelestarian lingkungan, diperlukan adanya pengaturan pembuangan limbah (dari kegiatan pelabuahan, dan lain-lain) ke perairan laut yang tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi lingkungan perairan Kecamatan Kupang Barat. Sebaiknya sebelum limbah cair dialirkan ke laut, perlu melakukan proses penanganan limbah cair sebelum dialirkan ke laut dan melakukan penanganan atau daur ulang untuk limbah padat.
            Dalam upaya mengembangkan kegiatan usaha budidaya rumput laut di Kecamatan Kupang Barat, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, perlu memperhatikan dan mempertahankan aspek biogeofisik dan kimiawi seperti suhu air, salinitas, arus, gelombang, oksigen terlarut, nitrat, phospat yang ada sehingga mendukung keberlanjutan usaha budidaya rumput laut serta daya dukung lahan agar dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsionalnya. Oleh karena itu konsep pengelolaan di perairan tersebut sebaiknya mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan yang berbasis ekologi sehingga usaha pengembangan budidaya rumput laut terus berkelanjutan.
Menurut Scones (1993) dalam Bengen (2006) bahwa daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum individu pada suatu lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena faktor kepadatan, serta terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen. Oleh karena itu, dalam penataan kawasan perairan dimana terdapat aktivitas budidaya rumput laut, pelabuhan, budidaya mutiara, lalulintas, dan kegiatan lainnya maka haruslah diperhatikan agar tidak melebihi daya dukung perairan.




DAFTAR PUSTAKA

http://forum.upi.edu/index.php?topic=14435.0
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/03/sig-memberi-manfaat-kepada semua-pihak.html
http://regional.coremap.or.id oleh : Dr. Ir. Mukti Zainuddin, Msc. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin
http://www.damandiri.or.id/file/yusufkamlasiipbbab5.pdf
http://www.pustaka.ut.ac.id/pdfpenelitian/70029.pdf

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking